Profil Desa Glempang

Ketahui informasi secara rinci Desa Glempang mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Glempang

Tentang Kami

Profil Desa Glempang, Kecamatan Pekuncen, Banyumas. Mengupas tuntas potensinya sebagai sentra utama industri kerajinan sapu glagah, kehidupan tangguh masyarakat di desa perbatasan, dan tantangan ekonomi kreatif berbasis tradisi di era modern.

  • Sentra Kerajinan Sapu Glagah

    Perekonomian desa secara unik ditopang oleh industri rumahan pembuatan sapu glagah (sapu ijuk dari rumput) yang telah berjalan secara turun-temurun dan menjadi keahlian utama warganya.

  • Desa Perbatasan yang Tangguh

    Berlokasi di ujung utara Kabupaten Banyumas yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes, membentuk karakter masyarakat yang mandiri, ulet, dan tangguh dalam menghadapi keterbatasan.

  • Ekonomi Berbasis Sumber Daya Lokal

    Menjadi contoh nyata pemanfaatan sumber daya alam spesifik, yaitu rumput glagah, yang diolah dengan keterampilan tangan menjadi produk bernilai ekonomi dan menyerap banyak tenaga kerja.

Pasang Disini

Di Desa Glempang, Kecamatan Pekuncen, sebuah irama kerja yang khas telah berlangsung selama beberapa generasi. Bukan deru mesin pabrik atau hiruk pikuk pasar, melainkan suara gemerisik rumput glagah kering yang dirangkai, diikat dan dijalin menjadi sebuah produk sederhana namun esensial: sapu. Terletak di beranda paling utara Kabupaten Banyumas, desa perbatasan ini telah mengukuhkan identitasnya sebagai sentra utama kerajinan sapu glagah yang kualitasnya diakui di berbagai daerah.

Glempang merupakan potret sebuah komunitas yang berdaya dengan mengubah sumber daya alam lokal yang melimpah menjadi tulang punggung ekonomi. Di tengah tantangan modernisasi dan keterbatasan akses, para pengrajin di desa ini terus merawat sebuah mahakarya sederhana yang tidak hanya membersihkan lantai, tetapi juga menghidupi ratusan keluarga dan menjaga tradisi tetap lestari.

Geografi dan Demografi: Kehidupan di Beranda Utara Banyumas

Desa Glempang memiliki posisi geografis yang unik dan strategis. Wilayahnya merupakan salah satu desa paling utara di Kecamatan Pekuncen dan Kabupaten Banyumas, berbatasan langsung dengan Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes. Topografinya didominasi oleh perbukitan terjal dan lembah, yang memberikan karakter tersendiri bagi kehidupan masyarakatnya.

Berdasarkan data BPS "Kecamatan Pekuncen dalam Angka 2024", Desa Glempang memiliki luas wilayah 5,25 kilometer persegi (5,25 km2). Dengan jumlah penduduk 4.512 jiwa pada akhir tahun 2023, desa ini memiliki tingkat kepadatan yang relatif rendah, yaitu sekitar 859 jiwa per kilometer persegi. Angka ini merefleksikan luasnya area non-permukiman seperti hutan rakyat, perkebunan, dan lahan-lahan tempat tumbuhnya rumput glagah.

Sebagai desa perbatasan, masyarakat Glempang memiliki karakter yang tangguh, mandiri, dan terbiasa dengan akses yang mungkin lebih terbatas dibandingkan desa-desa di pusat kecamatan.

Sapu Glagah: Mahakarya Sederhana yang Menghidupi Desa

Keistimewaan utama dan denyut nadi ekonomi Desa Glempang ialah industri kerajinan sapu glagah. Hampir di setiap rumah, terutama di dusun-dusun tertentu, dapat ditemui aktivitas yang berkaitan dengan pembuatan sapu. Ini bukan sekadar pekerjaan sampingan, melainkan mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk.

Proses pembuatan sapu glagah merupakan sebuah seni keterampilan tangan yang diwariskan lintas generasi:

  1. Pemanenan Bahan Baku
    Rumput glagah (Saccharum spontaneum) yang menjadi bahan utama dipanen dari ladang-ladang atau perbukitan sekitar. Bunga dari rumput inilah yang digunakan sebagai serat sapu.
  2. Pengeringan
    Bunga glagah dijemur di bawah terik matahari selama beberapa hari hingga benar-benar kering dan kadar airnya hilang. Proses ini krusial untuk memastikan sapu tidak mudah rontok dan awet.
  3. Perangkaian dan Pengikatan
    Serat-serat glagah yang sudah kering kemudian disortir, dirapikan, dan diikat dengan kuat pada gagang yang umumnya terbuat dari bambu atau kayu. Kekuatan ikatan menjadi penentu utama kualitas dan daya tahan sapu.
  4. Finishing
    Bagian ujung sapu dirapikan dan terkadang dijahit untuk memperkuat strukturnya. Produk yang sudah jadi kemudian dikumpulkan untuk dipasarkan.

"Satu keluarga bisa membuat puluhan sapu dalam sehari. Ini sudah menjadi pekerjaan kami sehari-hari. Sapu dari Glempang ini dikirim ke Ajibarang, Purwokerto, bahkan sampai ke Jakarta dan Jawa Barat," jelas seorang pengrajin senior pada Senin (16/6/2025).

Industri padat karya ini mampu menyerap banyak tenaga kerja, dari pemanen bahan baku, pengrajin, hingga mereka yang terlibat dalam proses distribusi.

Di Luar Glagah: Pertanian Sebagai Penopang Klasik

Meskipun industri sapu menjadi ikon, sektor pertanian tetap berjalan sebagai penopang klasik bagi perekonomian Desa Glempang. Mengingat kondisi lahannya yang berbukit, pertanian yang berkembang mayoritas merupakan pertanian lahan kering.

Warga menanam komoditas seperti jagung, singkong, dan kacang-kacangan. Di beberapa area yang lebih landai, terdapat pula sawah tadah hujan. Selain itu, tanaman perkebunan seperti cengkih dan kopi juga dibudidayakan di lereng-lereng bukit, menjadi sumber pendapatan musiman yang penting bagi masyarakat. Pertanian ini memastikan ketahanan pangan desa dan memberikan diversifikasi pendapatan di luar kerajinan sapu.

Peran Pemerintah Desa dalam Merawat Industri Lokal

Pemerintah Desa Glempang, di bawah kepemimpinan Kepala Desa Sutarko, menyadari betul pentingnya industri sapu glagah sebagai aset utama desa. Oleh karena itu, berbagai upaya dukungan dilakukan untuk menjaga keberlanjutan industri ini.

Beberapa peran yang dijalankan pemerintah desa meliputi:

  • Menjaga Ketersediaan Bahan Baku
    Bekerja sama dengan lembaga terkait dan pemilik lahan untuk memastikan area tumbuhnya rumput glagah tidak dialihfungsikan secara masif.
  • Mendorong Pembentukan Kelompok Usaha
    Memfasilitasi para pengrajin untuk membentuk kelompok usaha bersama atau koperasi. Tujuannya agar mereka memiliki posisi tawar yang lebih kuat saat berhadapan dengan tengkulak atau pembeli besar.
  • Membuka Akses Pasar
    Mempromosikan produk sapu glagah Glempang dalam berbagai pameran UMKM tingkat kecamatan maupun kabupaten untuk memperluas jangkauan pasar.

Tantangan Zaman: Modernisasi dan Keberlanjutan Kerajinan

Di tengah kebanggaan atas tradisi yang menghidupi, para pengrajin di Desa Glempang menghadapi tantangan zaman yang tidak mudah. Persaingan dengan produk modern, seperti sapu ijuk pabrikan atau sapu plastik yang lebih murah, menjadi ancaman utama. Hal ini menekan harga jual sapu glagah dan mengurangi margin keuntungan para pengrajin.

Tantangan lainnya ialah keberlanjutan bahan baku. Jika tidak dikelola dengan baik, eksploitasi rumput glagah secara terus-menerus tanpa upaya konservasi dapat mengancam ketersediaannya di masa depan.

Yang tidak kalah penting ialah isu regenerasi. Pekerjaan membuat sapu yang membutuhkan ketekunan dan bersifat padat karya seringkali kurang diminati oleh generasi muda yang lebih tertarik pada pekerjaan di sektor formal atau merantau ke kota.

Untuk menghadapi tantangan ini, inovasi menjadi kunci. Peluang yang bisa dijajaki antara lain:

  • Inovasi Desain
    Menciptakan sapu glagah dengan desain yang lebih modern, ergonomis, atau bahkan artistik untuk menyasar segmen pasar premium atau pasar dekorasi rumah.
  • Pemasaran Digital
    Memanfaatkan media sosial dan marketplace untuk menjual produk secara langsung kepada konsumen akhir, memotong rantai distribusi yang panjang.
  • Ekowisata Kerajinan
    Mengembangkan paket wisata edukatif di mana pengunjung dapat melihat langsung dan mencoba membuat sapu glagah, menciptakan sumber pendapatan baru dari sektor pariwisata.

Kisah Desa Glempang merupakan cerminan dari perjuangan industri kerajinan tradisional di Indonesia. Di tangan para pengrajin yang ulet, sebatang rumput liar mampu menjelma menjadi penopang kehidupan. Menjaga agar api di tungku kreativitas ini tetap menyala merupakan tugas bersama untuk melestarikan warisan ekonomi dan budaya yang tak ternilai harganya.